Peranan Guru Agama Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama di Sekolah Umum

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.[1]

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti dilibatkan dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan masyarakat.

Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis. [2]

Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Dalam rangka mengembangkan tugas atau peran gandanya maka oleh  Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu:

Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.[3]

Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka guru memegang peranan penting. Oleh sebab itu guru di sekolah tidak hanya sekedar mentransferkan sejumlah ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi lebih dari itu terutama dalam membina sikap dan ketrampilan mereka. Untuk membina sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi, guru bidang studi agamalah yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat menentukan dalam hal pembinaan sikap siswa karena bidang studi agama banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan akhlakul karimah.

Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih konprehensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.

Seperti yang di jelaskan oleh Zakiah Daradjah bahwa:

Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Anak didik diberikan kesadaran kepada adanya Tuhan lalu dibiasakan melakukan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan larangan Nya. Dalam hal ini  anak didik dibimbing agar terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua dari pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang dibolehkan, apa yang dianjurkan melakukannya dan apa yang dianjurkan meninggalkannya menurut ajaran agama.[4]

Dari kutipan dan uraian diatas menunjukkan bahwa pendidikan agama mutlak diperlukan di sekolah apalagi di sekolah umum. Oleh sebab itu guru yang mengajar pelajaran agama sangat bertanggung jawab dalam pembinaan sikap mental dan kepribadian anak didiknya. Guru agama harus mampu menanam nilai-nilai agama kepada setiap siswa dengan berbagai cara. Akan tetapi tujuan itu tidak akan tercapai  apabila tidak ada kerjasama dengan semua pihak terutama dengan sesama guru dan antara guru dengan orang tua siswa. Sebab pendidikan agama dapat terbina apabila adanya kesinambungan atau keterpaduan antara pembinaan orang tua didalam keluarga, masyarakat dan guru di sekolah.

Demikian juga dengan guru agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dalam membina sikap mental dan kepribadian anak didiknya tidak terlepas dari peran guru di sekolah, orang tua di rumah dan masyarakat di lingkungannya. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang masih banyak diantara siswa yang ada di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie yang bertingkah laku kurang baik diantara mereka dalam bergaul sesama temannya atau pun dalam berbicara dengan orang tua, konon lagi dengan anggota masyarakat.

Melalui peranannya sebagai pendidik guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui bermacam-macam sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dari berbagai sumber serta media belajar.

Kegiatan siswa dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik di sekolah karena kurangnya pengetahuan siswa tentang budi pekerti. Oleh karena itu perlu penambahan jam dan mata pelajaran agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, seperti mata pelajaran akidah akhlak, fiqh dan Al-Qur’an hadits. Selain itu juga faktor guru sangat mendukung dalam mendidik prilaku siswa. Jika seorang guru agama itu bertingkah laku yang baik maka siswanya juga akan mencontoh prilaku tersebut atau sebaliknya. Karena seorang guru adalah suri tauladan bagi siswanya.

Dari latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :

  1. Apa saja kegiatan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie?
  2. Apa saja hambatan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie?

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan diatas, penulis mengadakan suatu penelitian dengan judul : “Peranan Guru Agama Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama di Sekolah Umum” (Studi Kasus SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie).

B. Penjelasan Istilah

Setiap penelitian menimbulkan bermacam-macam pengertian dan penafsiran, begitu pula istilah yang terdapat dalam skripsi ini yang berjudul Peranan Guru Agama dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama di Sekolah Umum”, oleh karena itu untuk mencegah kesimpangsiuran pengertian serta pemahaman dari pembaca, maka penulis merasa perlu menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut.

a. Peranan

Peranan artinya: “Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama ( terjadinya suatu hal atau peristiwa)” misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan penting dalam pembangunan negara”.[5]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peranan merupakan “seperangkat tingkat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus dilakukan”.[6]

Adapun peranan yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah peran atau keikutsertaan guru agama dalam membina sikap atau tingkah laku siswanya, ketingkat yang lebih baik dan sempurna. Dengan kata lain diartikan bahwa pengertian peranan adalah peran serta atau usaha guru agama dalam mendidik, membina, membimbing serta mengarahkan siswa kepada yang lebih baik dan sempurna.

b. Guru Agama

Guru agama adalah: seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain atau orang yang dicontoh dan ditiru, artinya dicontoh perkataannya dan ditiru perbuataannya.

Adapun guru agama yang penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu seseorang yang berprofesi sebagai pengajar sub bidang studi  agama Islam di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dan menjadi contoh teladan bagi muridnya.

c. Pendidikan Agama

Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan agama Islam, yang pengertiannya sebagai mana dirumuskan oleh: Ahmad D.Marimba: yaitu “Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam“.[7]

Kemudian Abdurrahman Saleh menyatakan pendidikan Islam adalah “sebagai usaha berupa bimbingan dan usaha terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam, serta dapat menjadikannya sebagai jalan kehidupan“.[8]

Dengan mengutip dari beberapa pendapat para tokoh pendidikan tersebut, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan agama adalah suatu proses pembinaan dan pengajaran yang dilaksanakan dalam segala segi, yang dapat membimbing dan mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bertakwa  kepada Allah SWT dan berpegang teguh terhadap ajaran agama Allah, yaitu agama Islam.

d. Sekolah Umum

Sekolah merupakan “suatu lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang sungguh-sungguh melibatkan orang untuk mengamatinya”.[9]

Sekolah Umum artinya: suatu lembaga belajar dan memberi pelajaran atau tempat pertemuan dan usaha untuk menuntut kepandaian atau ilmu pengetahuan ketika murid diberi pelajaran.

Adapun sekolah umum yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah: suatu lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) seperti SD, SMP dan SMU atau sekolah umum lainnya yang sederajat khususnya di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.

e. SMP Negeri

SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri merupakan suatu Lembaga Pendidikan formal yang dikelola atau dibawah tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dan juga sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari sekolah dasar dan mempersiapkan siswanya untuk pendidikan yang lebih tinggi.

SMP Negeri yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah SMP Negeri yang ada di Kabupaten Pidie dan terletak di Kecamatan Sakti, yang terdiri dari empat SMP Negeri yaitu, SMP Negeri I Kota Bakti, SMP Negeri 2 Lingkok, SMP Negeri 3 Kota Bakti, dan SMP Negeri 4 Cot Radi.

f. Kecamatan Sakti

Kecamatan Sakti merupakan salah satu kecamatan yang terdapat ditengah-tengah kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan pusat kecamatannya di Kota Bakti. kecamatan Sakti berbatasan dengan: sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Mutiara, sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mila, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mutiara, dan sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Keumala.

g. Kabupaten Pidie

Pidie atau kabupaten Pidie adalah salah satu daerah pemerintahan tingkat II yang termasuk bagian dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan yang dikepalai oleh seorang Bupati, dengan Ibu Kotanya Sigli.

C.  Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan dalam tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu, begitu pula halnya dengan penelitian ini mempunyai tujuan tersendiri, adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui apa saja usaha guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie.
  2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dialami guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kebupaten Pidie.

D. Postulat dan Hipotesis

“Postulat” adalah suatu yang menjadi tumpuan pandangan dan segala kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana tidak lagi menjadi keraguan bagi penyelidik. Adapun yang menjadi postulat (anggapan dasar) dalam penelitian ini adalah ” Pendidikan agama merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk mencapai kebahagian dunia-akhirat, dan mengarahkan seseorang menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah”. Sedangkan hipotesa adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah, yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui suatu penelitian, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie guru selalu mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran serta guru selalu memberi bimbingan dan arahan pada setiap siswa.
  2. Hambatan yang dialami guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama di SMP Negeri Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie adalah keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya minat belajar dari siswa.

E. Populasi dan Sampel

Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebahagian yang diambil dari populasi sebagai bahan objek penelitian.[10]

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP Negeri yang ada di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie yang terdiri dari empat SMP Negeri, yaitu SMP Negeri 1 Kota Bakti, SMP Negeri 2 Lingkok, SMP Negeri 3 Kota Bakti dan SMP Negeri 4 Cot Radi.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIa dari  SMP Negeri 1 Kecamatan Sakti dengan jumlah siswa 48 orang. Dipilih kelas IIa sebagai sampel dari lima ruang yang ada di SMP Negeri I Kecamatan Sakti karena nilai rata-rata mata pelajaran agama lebih menonjol. Alasan mengapa dipilih kelas II, karena mereka dianggap sudah lebih setahun menerima materi pelajaran sehingga lebih matang dibanding kelas I. dan alasan tidak dipilih kelas III sebagai subjek penelitian karena dikhawatirkan dapat mengganggu proses belajar yang sedang ditekuni disebabkan mereka akan menempuh ujian akhir.

F. Metode Penelitian

Setiap penulisan karya ilmiah memerlukan bermacam-macam metode. Metode yang penulis gunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah metode “ Deskriptif Analisis“, yaitu pembahasan yang bertujuan untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasikan dan menganalisa.[11]

1. Tehnik Pengumpulan Data

Sedangkan pengumpulan data ditempuh dengan metode sebagai berikut:

1. Library Research (penelitian kepustakaan)

Penelitian ini penulis tempuh dengan jalan penalaahan sejumlah buku,              artikel   atau karya ilmiah lain yang berhubungan dengan pembahasan skripsi.

2. Field Research (penelitian lapangan)

Penelitian lapangan dilakukan yaitu pengumpulan data di lapangan (lokasi penelitian). Adapun teknik atau alat pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

  1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian, penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian itu. Adapun yang akan menjadi sasaran dalam observasi adalah lingkungan sekolah termasuk didalamnya antara lain sarana ibadah, perpustakaan, kebersihan serta aktivitas di sekolah yang berhubungan dengan peranan guru agama.

  1. Angket

Angket adalah sejenis alat dengan jalan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu secara tertulis dan responden menjawabnya langsung pada kertas tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket terbuka alasannya untuk mencegah kemungkinan yang tidak terduga oleh responden, dalam hal ini penulis menyediakan ruangan kosong atau titik-titik untuk diisi pendapat responden yang tidak sesuai dengan kemungkinan jawaban yang penulis sediakan. Angket ini akan disebarkan kepada siswa dan wali murid.

b . Wawancara

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru agama dan wali murid yang ada di SMP Negeri Kecamatan Sakti. Hal yang di wawancarai menyangkut dengan proses belajar mengajar sub bidang studi pendidikan agama, serta hal-hal yang berkaitan dengan peranan guru agama dalam meningkatkan mutu pendidikan agama.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Tahun 2002“. Sementara pedoman penterjemahan ayat-ayat Al-Qur’an penulis gunakan Al-Qur’an dan Terjemahan yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 2004.


[1] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 31.

[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya , 1996), hal. 221.

[3]Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 110.

[4] Zakiah Daradjah, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), hal. 129.

[5] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 735.

[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hal. 667.

[7] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Al-Ma’rif, 1980), hal. 19.

[8] Abdurrahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 19.

[9] H.Aswandi Bahar, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), hal. 3.

[10] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 107.

[11] Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), hal. 159.

11 Tanggapan

  1. Thank atas contoh skripnya sayangnnya tak ada telaah pustakannya kalau ada pasti tambah mantap……..

  2. wow… setelah saya membaca skripsinya bapak, pikiran saya terbuka. terima kasih atas pengetahuan baru dari bapak. saya seorang guru agama kristen bertugas di pedalaman Kalimantan Timur, di perbatasan malaysia. sukses buat bapak. kalo ada lagi skripsi lain membahas tentang guru tolong dimuatkan lagi ya… trima kasih. GBU

  3. setuju dengan tulisan anda..

  4. tolong pak di lengkapi buat belajar saya.trimakasih

  5. mana fungsi nya?

  6. mana fungsi nya…..

  7. maaf pak sya kemarin mnggunakn skripsi bpk utk sya jdikan resensi,sya mnta ijinnya
    terimaksih

  8. Mantap, mudah2n berguna..!!

  9. hati yang gembira adalah obat

  10. mohon ijinnya skripsinya lanjutannya
    rosidelayo@ymail.com

  11. minta donk judul proposal ox skripsi nhi bagus

Tinggalkan Balasan ke Majayus Irone Batalkan balasan